PENDAHULUAN
Di dalam pembahasan masalah didaktik-metodik tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan masalah pendidikan dan pengajaran. Sebab didaktik dan metodik merupakan bagian dari proses pendidikan dan pengajaran. Atau dengan perkataan lain proses pendidikan meliputi beberapa faktor, diantaranya didaktik dan metodik.
Menurut pengertian baru, didaktik diartikan sebagai ilmu yang memberi uraian tentang kegiatan proses mengajar yang menimbulkan proses belajar. Dari sudut pandang ini, didaktik mengandung dua macam kegiatan yakni kegiatan mengajar dan kegiatan belajar. Baik murid maupun guru, kedua-duanya aktif sehingga terwujud kegiatan mengajar dan kegiatan belajar bersama-sama. Agar proses belajar mengajar dimaksud membuahkan hasil yang diharapkan, baik murid maupun guru perlu memiliki sikap, kemampuan dan keterampilan yang mendukung proses belajar mengajar itu.
Prinsip-prinsip dalam aktivitas mengajar disebut juga dengan azas-azas didaktik.
Azas-azas didaktik tidak berdiri sendiri malainkan merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan, saling isi mengisi dan saling melengkapi satu sama lain.
PEMBAHASAN
Azas-azas didaktik pada umumnya meliputi motivasi, aktivitas, apersepsi, peragaan, ulangan, korelasi, konsentrasi, individualisasi, sosialisasi dan evaluasi.
1. Azas Motivasi
Untuk memperoleh hasil pengajaran yang sebaik-baiknya dalam proses mengajar guru harus selalu berusaha membangkitkan minta para murid sehingga seluruh perhatian mereka tertuju dan terpusat kepada bahan pelajaran yang sedang diajarkan.
Guru harus menyadari bahwa tidak setiap bahan pelajaran menarik perhatian murid sebagaimana juga tidak setiap murid menaruh perhatian terhadap pelajaran yang sama, karena itu muthlak diperlukan kecakapan guru untuk dapat memberikan motivasi membangkitkan minat dan perhatian murid terhadap bahan pelajaran yang sedang diajarkan.
Motivasi merupakan suatu hal yang sangat urgen yang harus diberikan oleh seorang guru, sebab tidak semua murid benar-benar siap untuk belajar, banyak factor yang menyebabkan itu semua diantaranya: masalah keluarga, misalnya orang tua cerai, perasaan minder karena merasa tidak bisa, tidak betah dan lain sebagainya.
Kasus/Probelem Solving
Kasus ini terjadi di campus pesantren Darussalam, yaitu ketika beberapa bulan setelah penerimaan santri baru. Kebetulan saya dipercaya untuk ngajar pengajian di kelas X MA, karena mungkin saya termasuk masih pengajar yang junior jadi saya bersikap akrab dengan mereka. Pada suatu hari ada seorang santri yang datang menemui saya dia curhat banyak ke saya bahwa dia tidak betah dengan berbagai alas an, salah satunya dia ngerasa minder, dia ngerasa tertinggal jauh oleh teman-temannya karena sebelum dia masuk ke pesantren dia gak pernah mesantren dan tidak pernah ikut pengajian, dia sangat berkeinginan sekali untuk pindah tapi dia takut dan malu dengan orang tuanya. Maka problem solving yang saya lakukan, saya terus menasehatinnya bahwa dia harus mencoba dulu, dan harus yakin bahwa dia pasti bisa mengejar ketertinggalannya, saya memberikan contoh-contoh bahwa banyak santri yang backgroundnya bukan berasal dari pesantren ternyat dia bisa dan menjadi yang terbaik, saya juga bilang kasihan orang tua yang sudah berusaha peras keringat banting tulang untuk menyekolahkannya. Setelah itu setiap kali saya masuk ngajar saya memberikan perhatian kepadanya tapi tidak mengurangi perhatian terhadap yang lainnya, hari-hari terus berlalu dan ketika saya mengadakan ulangan ternyata di luar dugaan dia memperoleh nilai yang sangat memuaskan. Akhirnya dia datang ngomong ke saya bahwa dia sekarang sudah betah dan dia nyadar bahwa disinilah ternyata tempat yang cocok baginya dan dia bertekad bahwa dia ingin menjadi yang terbaik.
Mungkin itulah salah satu contoh asas motivasi yang senantiasa harus ditumbuhkan oleh seorang guru.
2. Azas Aktifitas
Menurut konsepsi modern, jiwa seseorang bersifat dinamis mempnuyai energi sendiri dan dapat menjadi aktif bila didorong oleh berbagai macam kebutuhan. Dengan demikian anak harus dipandang sebagai organisme yang mempunyai dorongan untuk berkembang. Karena dalam mendidik berarti membimbing anak untuk mengembangkan bakatnya maka anak itu sendirilah yang harus aktif. demikian pula halnya dalam belajar, guru harus merangsang keaktipan murid dengan jalan menyajikan bahan pelajaran untuk kemudahan diolah dan dicernakan sendiri oleh anak sesuai dengan bakat dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah suatu proses dimana anak-anak harus aktif.
Sekarang ini muncul suatu teori pendidikan yaitu pendidikan partisifatif yaitu pembelajaran yang dalam pelaksanaannya lebih terpusat pada diri siswa (people centred), seorang psycholog kelahiran swiss, piaget berpendapat bahwa seseorang anak berfikir sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan anak tak berfikir. Agar anak berfikir sendiri, harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.
Kasus/Problem Solving
Saya dipercaya untuk ngajar di pesantren Darussalam, Fathul Qarib, Tajwid dan Hadits arba’in an-Nawawy. Untuk pelajaran tajwid kayanya tidak ada masalah sebab setiap kali pembelajaran lebih menitik beratkan pada praktek membaca al-Qur’an sehingga santri menjadi aktif, ini sesuai dengan teori piaget seseorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Ternyata benar yang saya rasakan pembelajaran tidak monoton karena adanya interaksi antara guru dengan murid.
Sedangkan dalam pelajaran taqrib dan arba’in, kalau kita tidak pandai-pandai memilih metode pembelajaran maka suasana belajar menjadi monoton. Contohnya kalau kita hanya memakai metode ceramah saja, maka dalam hal ini gurulah yang lebih aktif dan siswa hanyalah laksana tong yang kosong, sekalipun menurut hemat saya asal guru tersebut benar-benar meyakinkan dalam penyampaian materi yang ia ajarkan sehingga timbul perasaan pada diri siswa untuk mengetahui lebih jauh materi yang sedang diajarkan.
Pernah saya mengajar hanya dengan metode ceramah saja, tanpa melibatkan peran siswa dalam pembelajaran ternyata hasilnya pembelajaran jadi monoton dan siswa menjadi tidak aktif. Maka solusi yang saya ambil ialah dengan cara menggabungkan dua metode yaitu metode ceramah dan Tanya jawab sampai akhirnya pembelajaran jadi lebih hidup dan siswa lebih aktif untuk bertanya dan mendalaminya dalam kitab-kitab lain yang berkaitan dengan pembelajaran.
3. Azas Apersepsi
Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman. Inilah yang dimaksud dengan apersepsi. Jadi dengan kata lain apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang dialami apabila kesan baru masuk ke dalam kesadaran seseorang dan berjalin dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki disertai proses pengolahan sehingga menjadi kesan yang lebih luas.
Azas ini penting pula artinya dalam usaha menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal anak.
Kasus/Problem Solving
Pertama, masih banyak dosen-dosen di IAID di Tarbiyah pada khususnya yang mendidik mahasiswa untuk menjadi seorang pengajar tapi dalam proses pembelajaran adakalanya tidak mempraktekkan apa yang mereka ajarkan. Sebagai contoh bagaiman membuka pembelajaran, termasuk di dalamnya apersepsi, kemudian tidak membuat dan menggunakan RPKPS bahkan ada yang tidak ngasih silabi sehingga pembelajaran menjadi kacau dan tidak tentu arah. Penomena lainnya adanya dosen yang menurut hemat saya salah dalm memahami “People Centred” adakalanya mereka tidak masuk kuliah dan mereka beralasan bahwa di dunia mahasiswa itu yang dominan harus aktif adalah mahasiswa, tetapi anehnya tidak memberikan gambaran inti-inti pembelajaran yang harus dikuasai oleh mahasiswa.
Problem solving dari masalah tersebut harus adanya upaya dari guru untuk menjadi teladan, dan secara khusus dalam masalah apersepsi diusahakan setiap guru untuk melakuakannya supaya timbul perasaan semangat dan mengugah keinginan siswa untuk belajar.
Kedua, sebagai seorang mahasiswa tarbiyah yang sudah mendapatkan pengetahuan di bangku kuliah (contohnya: Apersepsi), ketika saya ngajar saya terlebih dahulu melakukan apersepsi sekalipun memang idealnya harus setiap pembelajaran. Yang saya rasakan dan setiap guru pasti merasakannya, setiap kita belajar kemudian kita mengadakan apersepsi maka akan timbul sebuah perhatian yang besar dari para siswa dalam mengikuti pembelajaran.
4. Azas Peragaan
Yang dimaksud peragaan adalah memberikan variasi dalam cara-cara guru mengajar dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata baik dalam bentuk benda aslinya maupun tiruan sehingga murid-murid dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Azas peragaan telah cukup lama dikenal orang tapi belum sampai pada pengamatan dunia sekitar. Ilmu dan pengetahuan hanya dicari dari buku-buku, akibatnya sekolah menjauhkan diri dari dunia penghidupan dan kenyataan, dan menjadi persemaian verbalisme.
Tahun 1600 timbul di Eropah aliran yang disebut realisme. Aliran ini mengarahkan perhatiannya kepada dunia kenyataan. Pengetahuan harus diperoleh dari dunia realitas dengan menyelidiki benda-benda itu sendiri. Sejak itu mulailah terjadi peralihan dari buku kepada alam yang nyata sebagai sumber pengetahuan.
Kasus/Problem Solving
Dari pengalaman yang saya lakukan, dalam mengajar khususnya dalam pelajaran taqrib dan tajwid, saya bukan hanya menyampaikan teori saja tapi disertai dengan mempraktekkan atau memperagakannya. Contoh dalam pelajaran taqrib, misalnya dalam menjelaskan bab tayamum, kita langsung memeragakannya sehingga santri menjadi lebih mudah memahaminya. Kalau dalam pembelajaran tajwid yang saya lakukan lebih ke dalam peragaan langsung misalnya dalam membahas makharijul huruf pertama saya mempraktekkannya kemudian santri mempraktekkannya juga. Terkadang juga saya melakukan peragaan tidak langsung yaitu dengan belajar tajwid lewat media digital disana dijelaskan bagaimana belajar tajwid dan siswa menyimak dan mempraktekkannya.
5. Azas Ulangan
Azas ulangan disini dimaksudkan sebagai usaha untuk mengetahui taraf kemajuan/hasil belajar murid dalam aspek pengetahuan, keterampilan serta sikap setelah mengikuti program pengajaran sebelumnya.
Karena penguasaan akan mudah sekali terlupakan oleh murid-murid jika hanya dialami sekali saja atau diingat setengah-setengah, maka pengetahuan yang sering diulang-ulang akan menjadi pengetahuan yang tetap berkesan dalam ingatan dan dapat difungsikan dengan baik.
Kasus/Problem solving
Yang saya rasakan bahwa adakalanya siswa itu tidak langsung begitu saja langsung memahami apa yang disampaikan, maka otomatis saya harus melakukan pengulangan kembali baik pada waktu itu maupun pada waktu selanjutnya sebelum melanjutkan ke materi pembelajaran yang baru. Cara yang saya lakukan biasanya kalau saya melihat sekiranya siswa belum mengeri maka saya mengulangnya kembali atu sebelum saya memulai pelajaran saya mengecek dulu pemahaman mereka tentang materi yang telah disampaikan dan menanyakan tentang materi yang akan saya sampaikan (pree test), dan diakhir saya juga mengadakan post test untuk menilai kemampuan mereka.
6. Azas Korelasi
Setiap peristiwa belajar-mengajar adalah menyeluruh, bersegi banyak dan kompleks. Guru hendaknya tidak memandang anak sebagai sejumlah daya-daya yang statis melainkan sebagai keseluruhan, yakni suatu organisme yang dinamis yang senantiasa dalam keadaan interaksi dengan dunia sekitar untuk mencapau tujuannya. Dalam menerima pelajaran anak bersifat selektif kemudian bereaksi mengolahnya. Karena itu mata pelajaran-matapelajaran yang tidak ada hubungannya satu dengan yagn lain, kurang bermanpaat sebab tidak berdasarkan azas keseluruhan.
Itulah sebabnya dalam setiap pengajaran guru diharuskan berusaha menghubungkan dengan bahan yang lein sehingga merupakan suatu mata rantai yang erat dan mempunyai arti bagi murid.
Kasus/Problem Solving
Dalam pelajaran taqrib apa yang saya sampaikan selalu saya kaitkan dengan peristiwa-peristiwa yang biasa terjadi di lapangan dan sebagai bekal nanti kalau terjun ke masyarakat, karena pelajaran fikih pasti tidak akan lepas legiatan-kegitan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
Untuk pelajaran tajwid selalu dikaitkan dengan manpaat-manpaat dari tajwid tersebut yaitu supaya kita lancer dan baik dalam membaca al-qur’an dan terlepas dari dua kesalahan membaca al-Qur’an yaitu lahn al-khafi dan lahn al-jali, yang mana kesalahan tersebut akan sangat mempengaruhi pemahaman akan penafsiran suatu ayat.
Semester sebelumnya saya dipercaya ngajar ilmu nahwu (jurumiah), setiap sebelum memulai pembelajaran saya selalu menyambungkan materi nahwu dengan ilmu-ilmu lain, khususnya dalam membaca kitab-kitab yang menggunakan tulisan arab contoh ilmu tafsir, ushul fikih dan lain sebagainya. Yang saya rasakan dan yang saya perhatikan setelah santri memahami akan pentingnya ilmu tersebut dan ada kaitannya dengan ilmu lain, maka dengan sendirinya timbul suatu motivsi yang sangat besar dalam diri siswa untuk belajar.
7. Azas Konsentrasi
Yang dimaksud dengan konsentrasi disini menentukan sesuatu pokok tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran dalam rangka melaksanakan tujuan sekolah serta memperhatikan kebutuhan anak dalam lingkungan itu. Hal ini penting sebagai usaha pemusatan perhatian dan kegiatan para murid dalam mencari jawaban dari pertanyaan yang timbul serta menemukan cara pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
Langkah-langkah pelaksanaan biasanya melalui 4 tahap:
a. Memilih pokok/Fokus
b. Perencanaan
c. Pelaksanaan
d. Puncak usaha unit
Kasus/Problem Solving
Sekalipun dalam hal ini saya belum melaksanakannya pada para santri yang saya ajarkan, tapi saya pernah dan sering mengalami di dunia mahasiswa, biasanya ada dosen yang memberikan silabi pembelajaran dan membagi pokok-pokok bahasan ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari dan mempresentasikan materi tersebut, langkah selanjutnya para mahasiswa dituntut untuk mencari sumber materi dari berbagai literature yang tersedia kemudian mengolah sumber-sumber tersebut menjadi sebuah makalah untuk dipresentasikan selanjutnya materi tadi dipresentasikan di hadapan dosen dan para mahasiswa, dan dari sanalah timbul berbagai permasalahan yang berkaitan dengan materi yang dipresentasikan, maka para penyaji bertanggung jawab untuk memecahkan masalah tersebut karena mereka sudah banyak mempelajari dan mendalami materi tadi.
Menurut saya ini akan sangat bermanpaat sekali sebab siswa disini lebih aktif mencari dan memahami materi yang diberikan dari berbagai literature yang sangat beragam, dan hasilnya pun akan lebih efektif dibandingkan kalau hanya mendengar terus daei guru, tapi yang harus diingat ini bukan berarti guru lepas tangan begitu saja tapi ia berkewajiaban untuk membimbing, memberikan evaluasi dan mengarahkan.
8. Azas Individualisasi
Karena perbedaan pembawaan dan lingkungan pada umumnya meliputi seluruh pribadi murid seperti perbedaan jasmani, watak, inteligensi, bakat, pendidikan, keadaan rumah, keluarga, kesehatan, usia dan lain sebagainya, maka tidak ada dua anak yang sama.
Mengingat hal tersebut maka pada setiap pengajaran guru dituntut agar selalu berusaha menyesuaikan bahan pelajaran yang diajarkan dengan keadaan sifat-sifat, bakat dan kemampuan masing-masing murid, serta tidak semata-mata bersifat uniform.
Prinsif individualitas ini umumnya masih kurang mendapatkan perhatian di sekolah kita. Kurikulum yang berlaku masih bersifat uniform.
Kasus/Problem Solving
Murid merupakan kesatuan individu yang memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, mska perhatian yang harus diberikan pun mesti berbeda. Di kita biasanya di kelas-kelas siswa sangat heterogen sehingga ini paling tidak akan menjadi sedikit kendala bagi seorang guru, tapi tetap seorang guru harus mampu menghadapi itu semua.
Yang saya lakukan biasanya diakhir saya suka bertanya tentang materi yang sudah saya sampaikan apakah mereka paham atau tidak, kalau tidak saya mempersilahkan untuk bertanya mana yang belum paham sehingga kalau orang yang belum paham terbuka sama kita hasilnya nanti akan rata sekalipun tidak sama persis. Cara lain yang biasa dilakukan dalam menjelaskan saya lebih banyak menitik beratkan pokus perhatian saya kepada siswa yang dianggap kurang.
Memang idealnya di sekolah harus diterapak system pemisahan kelas sesuai dengan tarap kemampuan siswa, biasanya siswa yang kemampuannya sudah lebih dari yang lain akan merasa bosan kalau kita senantiasa menyesuaikan dengan yang belum bisa. Oleh karenanya pemisahan kelas akan sangat efektif. Dan ini yang sudah dilaksanakan salah satunya oleh MTs Darussalam. Disini dikenal ada kelas khusus yaitu siswa-siswa yang dianggap memiliki kemampuan lebih dibanding dengan yang lainnya, sehingga akan sangat membantu guru dalam mengajar.
9. Azas Sosialisasi
Azas sosialisasi sangatlah penting artinya dalam mewujudkan suasana sosial sehingga anak-anak terdorong untuk belajar lebih tekun, bekerja lebih cermat dan semangant demokrasi semakin tumbuh.
Pengajaran yang hanya mengutamakan perkembangan individual tidak akan menguntungkan anak dan masyarakat dimana anak itu hidup.
Usaha-usaha duru dalam melaksanakan azas sosialisasi antara lain:
o Memberi pelajaran berupa tugas-tugas kelompok kepada murid-murid, misalnya membuat taman percontohan, peternakan, belajar di laboratorium, perpustakaan dan lain-lain.
o Menyelenggarakan diskusi panel guna membahas sesuatu masalah atau kesulitan-kesulitan bahan pelajaran untuk mencari penyelesaian dan pemecahannya.
o Mengadakan kegiatan sosial seperti pengabdian sosial, pameran sekolah, karyawisata, porseni dan sebagainya.
Contoh Kasus
Dalam masalah azas sosialisasi ini yang sudah kami lakukan yaitu di pesantren Darussalam adalah dengan mengadakan suatu kegiatan sosial yang dipadukan dengan dakwah islamiah yaitu kegiatan kemah dakwah. Kegitan ini merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan sosialisasi dengan masyarakat yang lebih luas dan memberikan pengajaran kepada santri tentang bagaiman hidup bermasyarakat. Para santri bukan hanya belajar secara pormal di kelas tetapi mencoba mengamalkan ilmu sekaligus belajar dengan masyarakat. Kemah dakwah ini diisi dengan berbagai kegiatan sosial diantaranya membantu masyarakat menjaga kebersihan daerah, mengisi majlis taklim-majlis taklim, membantu sekolah-sekolah yang ada di daerah sekitar, silaturrahim dengan para tokoh, dan masih banyak lagi kegiatan yang dilaksanakan.
Hasil yang kami dapatkan adalah kami menjadi tau bagaimana hidup bermasyarakat, mengamalkan ilmu, menambah semangat untuk terus mencari ilmu karena banyaknya tuntutan ketika kita sudah terjun ke lapangan.
10. Azas Evaluasi
Evaluasi atau penilaian adalah mengukur/menilai sampai dimana tujuan pengajaran telah dicapai, baik dari sudut pandang murid maupun dari sudut guru. Ruang lingkup kegiatan evaluasi ini mencakup penilaian terhadap kemajuan/hasil belajar murid-murid dalam aspek pengetahuan, keterampilan serta sikap setelah mengikuti program pengajaran.
Dengan evaluasi yang tepat, cermat dan obyektif terhadap hasil belajar murid merupakan cara yang efektif untuk mengecek kemajuan anak dan sekaligus untuk mempertinggi prestsi belajarnya di samping menjadi alat pengontrol bagi guru sendiri tentang cara mengaharnya.
Evaluasi yang baik akan membimbing murid dalam menilai serta memahami pelajaran yang diperoleh disamping juga introspeksi terhadap dirinya sendiri sehingga membuka jalan untuk mahu dengan tenaga, kesungguhan dan kepercayaan pada diri sendiri.
Contoh kasus
Baru kemarin kami menyelesaikan kegiatan Ulangan pesantren untuk tingkat MA dan MTs, kegitan ini merupakan kegitan rutin semesteran yang dilaksanakan oleh pesantren Darussalam khususnya oleh Direktorat I. Di setiap sekolah juga sama mengadakan kegiatan semacam ini tapi mungkin hanya caranya saja yang berbeda, substansinya sama. Kegitan ini bertujuan untuk menilai sejauh mana kemampuan siswa selama satu semester, sehingga nanti bisa memberikan penilaian dan pengukuran tercapai atau tidaknya tujuan pengajaran baik dari sudut siswa maupun guru, makanya dalam pelaksanaannya harus benar-benar bersih dalam artian hasil yang didapat oleh murid benar-benar murni.
Sebentar lagi kita akan menghadapi UN, yaitu ujian akhir yang dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia. Tapi ternyata sangat disayangkan ujian akhir yang diselenggarakan secara nasional ini yang merupakan penilaian yang menentukan lulus dan tidaknya siswa hanya menilai dari satu sisi ranah domain saja yaitu aspek kognitip sementara ranah yang lainnya tidak diperhatikan, sehingga setiap tahunnya banyak sekali siswa yang tidak lulus. Sekalipun banyak yang lulus tapi banyak sekali penyimpangan. Belum lama ini pemerintah mengeluarkan ketentuan untuk mengadakan ujian akhir bagi siswa tingkat dasar yaitu UNTUS, ujian nasional terintegrasi ujian sekolah, sekalipun dalam hal ini kelulusan bukan hanya ditentukan oleh pemerintah tapi sekolah juga diberi kewenangan untuk menentukan standard kelulusan, tapi menurut penilaian saya sebagai mahasiswa islam ini tetap akan menimbulkan berbagai kecurangan-kecurangan.
Azas tambahan
11. Azas Kreativitas
Kunci keberhasilan guru dalam mendidik siswa terletak pada kreativitasnya dalam mengajar. Sebab siswa membutuhkan kondisi belajar yang menyenangkan. Sementara saat ini kebanyakan siswa menganggap pelajaran di kelas sebagai beban karena masih banyak guru yang mengajar dengan metode yang monoton sehingga membuat siswa tidak menikmati belajar. Seperti yang penulis rasakan ketika pembelajaran bagi guru yang mengajar hanya gitu-gitu saja tanpa ada pareasi mengajar itu sangat terasa jenuh dan saya tidak bisa menikmati pembelajaran.
Kasus/Problem Solving
Seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa siswa tidak bakalan semangat dalam mengajar kalau guru mengajarnya monoton tanpa menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, begitu juga yang dirasakan sebagian siswa disini mereka adakalanya malas berangkat sekolah, disekolahnya tidak konsentrasi, sering keluar ketika jam pembelajaran, iti semua saya kira salah satunya karena guru yang mengajar tidak bisa mengajar secara bervariasi sifatnya monoton. Kita jangan terus menyalahkan siswa, tapi seharusnya para guru juga introspeksi diri. Pernah kami dari direktorat I, untuk menngisi kekosongan ketika kelas XII sedang ujian kami mengadakan sebuah kegiatan yang kami namakan Daurah an-Nahwi wa-Assharfi. Bagi kebanyak siswa belajar nahwu itu merupakan pelajaran yang sangat membosankan dan memusingkan, maka kami berinisiatif untuk mengadakan pembelajaran nahwu selama sepekan dengan dipadukan dengan berbagai metode dan permainan, ternyata hasilnya diluar dugaan kami ternyata siswa sangat antusias dan bahkan mereka menginginkan kegiatan ini terus berlanjut dan tahun berikutnya bisa dilaksanakan.
12. Azas Komunikasi
Azas komunikasi merupakan azas yang sangat penting dalam pembelajaran sebab dengan adanya komunikasi akan mempu menjalin kedekatan antara siswa dengan murid.
Banyak cara untuk berkomunikasi dan banyak media yang dapat digunakan dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Pada dasarnya asas komunikasi mengajak bagaimana cara kita sebagai seorang guru bertindak dan berprilaku sesuai dengan norma-norma kebudayaan melalui teknik-teknik pengemasan pesan secara persuasive.
Kasus/Problem Solving
Terjadinya pelbagai kerusuhan, tawuran, unjuk rasa diberbagai daerah, kebrutalan anggota geng motor misalnya, menurut hemat saya merupakan gambaran dari betapa seteknya hubungan antara manusia secara kulturan dan secara khusus renggangnya hubungan komunikasi antara siswa dan guru. Oleh karena itu, pola komunikasi pada masyarakat yang multicultural secara umum dan pada wilayah pendidikan di sekolah rupanya perlu dibenahi dan disempurnakan sedemikian rupa supaya hubungan komunikasi antara kita secara sosial dapat tergambarkan.
13. Azas Keteladanan
Keteladanan merupakan suatu hal yang harus sangat mendapat perhatian dari para pengajar, Karena kita merupakan pulik pigur di masyarakat pada umumnya dan di sekolah pada khususnya. Pembelajaran moral dengan keteladanan akan sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seorang siswa.
Kasus/Problem solving
Ini pernah terjadi di sebuah lembaga pendidikan islam, ada seorang guru yang melarang siswanya untuk merokok di sekolah tapi dia sendiri yang melarangnya malah dia sendiri yang melakukannya, sehingga dia mendapatkan cibiran dari para siswanya.
Ini merupakan sebuah contoh yang menunjukkan bahwa begitu pentingnya keteladanan bagi seorang guru.
PENUTUP
Demikianlah macam-macam azas didaktik yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran sehingga mudah dikuasai dan dimiliki murid.
Azas-azas didaktik itu tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan dan saling mengisi. Misalnya motivasi atau minat timbul apabila anak-anak aktif atau bila guru menggunakan alat peraga atau dibawa karyawisata, demikiat seterusnya
Namun perlu diingat, penguasaan azas-azas didaktikkbelum merupakan suatu jaminan bahwa seseorang dengan sendirinya akan menjadi guru yang baik. Proses mengajar sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai macam factor antara lain: pribadi guru sendiri, suasana kelas, hubungan antar individu di sekolah, kebijaksanaan sosial ekonomi pemerintah, organisasi kurikulum dan lain sebagainya.
Sekalipun demikian seseorang hampir dapat dipastikan tidak akan menjadi guru yang baik tanpa mengindahkan azas-azas didaktik, itulah sebabnya didaktik perlu dipelajari dan dikuasai oleh setiap guru.
AZAS-AZAS DIDAKTIK
(Contoh kasus dan Problem solvingnya)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Ujian Tengah Semester
Mata kuliah Didaktik Metodik
Dosen: Drs. H. Wahyudin, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Abdul Majid
Fak/Smt: Tarbiyah/V
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
CIAMIS JAWA BARAT
2007
Sumnber : http://santridaruz.blogspot.com/2008/05/metodik-didaktik.html