MLTR - Scandinavia (2012)
 
 


Michael Learns to Rock (also known as MLTR) are a Danish pop-soft rock band that perform songs in English. Formed in 1988, the band has sold over 11 million records worldwide, mainly in Asia, and in addition, another 6 million or more paid downloads for their single "Take Me To Your Heart" which was awarded "most downloaded single of the year 2006".They have produced seven studio albums as well as many live and greatest hits albums, and are currently about to release their eighth studio album, Scandinavia.
MLTR have won many awards and have earned Gold and Platinum status for their records in many countries, as well as the Gold Preis Award from RSH, Germany and "The Best Performing Act of the Year" at the SEA Grammy Awards in Singapore. The band has attributed its success in Asia to a clean-living image and singing in English as a second language.
During the peak of their popularity, in the mid-90's, MLTR have been described by critics to be "as good (if not better) a band as any current big name group out of America or the UK."
According to their record label releases, their sound is "the perfect balance of a Scandinavian glow and the international pop song that has been instrumental in forming the compelling sound of the band", though the lead singer and song writer Jascha Richter disagrees with this, maintaining that the music defies geographical categorization.

mltr_greatest_hits_1999_1212.jpg

The first single "Renovate My Life," from the new album Scandinavia , was released on iTunes on June 9, 2012, with it going on air in Denmark from June 11. The album release is set to kick-off with the release of a music video in Denmark on June 11, 2012, as well as the digital release of the album in India. The physical CD release of 'Scandinavia' in India is slated to be June 30, 2012 and on September 3, 2012 in Denmark. The music video for "Any Way You Want It" was also released on June 11th and began airing in India and Nepal June 13 onwards. The music video features different places of Kathmandu valley, the capital city of Nepal, where the band recently did a concert in November 2011.


Traсklist:
1. Renovate My Life
2. Any Way You Want It
3. Space Commander
4. Heaven Is My Alibi
5. Please Forgive Me
6. Hanging On
7. Shanghaid In Tokyo
8. Crazy World
9. Make Me Feel
10. Icebreaker
11. Scandinavia


Bitrate:mp3,  128 kbps  Size: 39 MB
Download




pass nich
Diriwayatkan dari Ali Bin Abi Thalib ra bahwasanya berkata ia : Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang kelebihan Shalat Tarawih di Bulan Ramadhan, maka beliaw bersabda :

MALAM
KEUTAMAAN
PERTAMA
SEORANG MUKMIN AKAN DIKELUARKAN DARI DOSANYA SEPERTI IA DILAHIRKAN DARI PERUT IBUNYA
KEDUA
DIAMPUNKAN BAGINYA DAN BAGI KEDUA IBU BAPAKNYA JIKA KEDUNYA ITU BERIMAN
KETIGA
BERSERULAH SEORANG MALAIKAT DARI BAWAH ; ARASY:MULAILAH OLEHMU DENGAN BERAMAL, ALLAH SWT TELAH MENGAMPUNKAN APA-APA YANG TERDAHULU DARIPADA DOSAMU
KEEMPAT
BAGINYA DARIPADA PAHALA SEPERTI MEMBACA TAURAT, INJIL, DAN FURQAAN.
KELIMA
ALLAH BERIKAN KEPADANYA SEPERTI PAHALA ORANG YANG BERSEMBAHYANG DI MASJIDIL HARAM, MASJID MADINAH, DAN MASJIDIL AQSHA.
KEENAM
ALLAH BERIKAN KEPADANYA PAHALA ORANG YANG THAWAF PADA ALBAITUL MAMUR DAN MEMOHONKAN AMPUNNAN BAGINYA OLEH SEGALA BATU DAN LUMPUR.
KETUJUH
MAKA SEOLAH-OLAH DIA MENGALAMI ZAMAN NABI MUSA AS DAN MENOLONGNYA DALAM MELAWAN FIRAUN DAN HAAMAAN.
KEDELAPAN
ALLAH BERIKAN KEPADANYA AKAN APA-APA YANG DIBERIKAN KEPADA NABIYALLAH IBRAHIM AS.
KESEMBILAN
MAKA SEOLAH-OLAH IA MENYEMBAH ALLAH SWT SEPERTI IBADATNYA NABI SAW.
KESEPULUH
ALLAH BERIKAN REZEKI KEPADANYA AKAN KEBAIKAN DUNIA DAN AKHIRAT.
KESEBELAS
KELUAR IA DARI DUNIA SEPERTI HARI LAHIR IA DILAHIRKAN OLEH IBUNYA.
KEDUABELAS
DATANG IA PADA HARI KIAMAT PADA WAJAH LAKSANA BULAN DI MALAM EMPAT BELAS.
KETIGA BELAS
DATANG IA DI HARI KIAMAT DENGAN KEADAAN AMAN DARIPADA TIAP KEJAHATAN.
KEEMPATBELAS
DATANGLAH PARA MALAIKAT MENYAKSIKAN BAHWA DIA TELAH MELAKUKAN SALAT TARAWIH.
KELIMABELAS

PARA MALAIKAT DAN PARA PEMIKUL-PEMIKUL ARASY DAN KURSI MEMINTAKAN AMPUN UNTUKNYA.

KEENAM BELAS
DITULISKAN ALLAH BAGINYA KEBEBASAN SELAMAT DARI NERAKA DAN KEBEBASAN UNTUK MASUK KE DALAM SURGA.
KETUJUH BELAS
DIBERIKAN KEPADANYA SEPERTI PAHALA NABI-NABI.
KEDELAPANBELAS
BERSERULAH SEORANG MALAIKAT:WAHAI HAMBA ALLAH,SESUNGGUHNYA ALLAH TELAH RIDHO KEPADAMU DAN KEDUA IBU-BAPAKMU.
KESEMBILANBELAS
DIANGKATKAN ALLAH DERAJATNYA PADA SURGA FIRDAUS.
KEDUAPULUH
DIBERIKAN KEPADANYA PAHALA ORANG-ORANG YANG MATI SYAHID DAN ORANG-ORANG SALEH.
KEDUAPULUH SATU
ALLAH BUATKAN KEPADANYA SEBUAH RUMAH DARIPADA NUR DIDALAM SURGA.
KEDUAPULUH DUA
DATANG IA PADA HARI KIAMAT DALAM KEADAAN AMAN DALAM DUKA CITA.
KEDUAPULUHTIGA
ALLAH BUATKAN KEPADANYA SEBUAH KOTA DIDALAM SURGA

KEDUAPULUH EMPAT

ADA BAGINYA 24 MACAM DOA YANG MUSTAJAB.

KEDUAPULUH LIMA

ALLAH ANGKATKAN DARIPADA ADZAB KUBUR.

KEDUAPULUH ENAM

ALLAH SWT ANGKATKAN BAGINYA PAHALA 24 TAHUN/

KEDUAPULUH TUJUH
IA AKAN DIMUDAHKAN MELALUI JEMBATAN SHIROTAL MUSTAQIM SECEPAT KILAT MENYAMBAR.
KEDUAPULUH DELAPAN
ALLAH ANGKATKAN BAGINYA SERIBU DERAJAT DIDALAM SURGA.

KEDUAPULUH SEMBILAN
ALLAH BERIKAN PAHALA SERIBU HAJI YANG DITERIMA.

KETIGA PULUH
ALLAH SWT BERFIRMAN:WAHAI HAMBAKU,MAKANLAH OLEHMU DARIPADA BUAH-BUAHAN SURGA DAN MANDILAH DARI AIR SALSABIL DAN MINUMLAH DARI AIR ALKAUTSAR.AKU TUHANMU DAN ENGKAU ADALAH HAMBAKU.

Diketik kembali oleh
SITI DENTY RIZQITA

PENDAHULUAN
Di dalam pembahasan masalah didaktik-metodik tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan masalah pendidikan dan pengajaran. Sebab didaktik dan metodik merupakan bagian dari proses pendidikan dan pengajaran. Atau dengan perkataan lain proses pendidikan meliputi beberapa faktor, diantaranya didaktik dan metodik.
Menurut pengertian baru, didaktik diartikan sebagai ilmu yang memberi uraian tentang kegiatan proses mengajar yang menimbulkan proses belajar. Dari sudut pandang ini, didaktik mengandung dua macam kegiatan yakni kegiatan mengajar dan kegiatan belajar. Baik murid maupun guru, kedua-duanya aktif sehingga terwujud kegiatan mengajar dan kegiatan belajar bersama-sama. Agar proses belajar mengajar dimaksud membuahkan hasil yang diharapkan, baik murid maupun guru perlu memiliki sikap, kemampuan dan keterampilan yang mendukung proses belajar mengajar itu.
Prinsip-prinsip dalam aktivitas mengajar disebut juga dengan azas-azas didaktik.
Azas-azas didaktik tidak berdiri sendiri malainkan merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan, saling isi mengisi dan saling melengkapi satu sama lain.
PEMBAHASAN
Azas-azas didaktik pada umumnya meliputi motivasi, aktivitas, apersepsi, peragaan, ulangan, korelasi, konsentrasi, individualisasi, sosialisasi dan evaluasi.
1. Azas Motivasi
Untuk memperoleh hasil pengajaran yang sebaik-baiknya dalam proses mengajar guru harus selalu berusaha membangkitkan minta para murid sehingga seluruh perhatian mereka tertuju dan terpusat kepada bahan pelajaran yang sedang diajarkan.
Guru harus menyadari bahwa tidak setiap bahan pelajaran menarik perhatian murid sebagaimana juga tidak setiap murid menaruh perhatian terhadap pelajaran yang sama, karena itu muthlak diperlukan kecakapan guru untuk dapat memberikan motivasi membangkitkan minat dan perhatian murid terhadap bahan pelajaran yang sedang diajarkan.
Motivasi merupakan suatu hal yang sangat urgen yang harus diberikan oleh seorang guru, sebab tidak semua murid benar-benar siap untuk belajar, banyak factor yang menyebabkan itu semua diantaranya: masalah keluarga, misalnya orang tua cerai, perasaan minder karena merasa tidak bisa, tidak betah dan lain sebagainya.
Kasus/Probelem Solving
Kasus ini terjadi di campus pesantren Darussalam, yaitu ketika beberapa bulan setelah penerimaan santri baru. Kebetulan saya dipercaya untuk ngajar pengajian di kelas X MA, karena mungkin saya termasuk masih pengajar yang junior jadi saya bersikap akrab dengan mereka. Pada suatu hari ada seorang santri yang datang menemui saya dia curhat banyak ke saya bahwa dia tidak betah dengan berbagai alas an, salah satunya dia ngerasa minder, dia ngerasa tertinggal jauh oleh teman-temannya karena sebelum dia masuk ke pesantren dia gak pernah mesantren dan tidak pernah ikut pengajian, dia sangat berkeinginan sekali untuk pindah tapi dia takut dan malu dengan orang tuanya. Maka problem solving yang saya lakukan, saya terus menasehatinnya bahwa dia harus mencoba dulu, dan harus yakin bahwa dia pasti bisa mengejar ketertinggalannya, saya memberikan contoh-contoh bahwa banyak santri yang backgroundnya bukan berasal dari pesantren ternyat dia bisa dan menjadi yang terbaik, saya juga bilang kasihan orang tua yang sudah berusaha peras keringat banting tulang untuk menyekolahkannya. Setelah itu setiap kali saya masuk ngajar saya memberikan perhatian kepadanya tapi tidak mengurangi perhatian terhadap yang lainnya, hari-hari terus berlalu dan ketika saya mengadakan ulangan ternyata di luar dugaan dia memperoleh nilai yang sangat memuaskan. Akhirnya dia datang ngomong ke saya bahwa dia sekarang sudah betah dan dia nyadar bahwa disinilah ternyata tempat yang cocok baginya dan dia bertekad bahwa dia ingin menjadi yang terbaik.
Mungkin itulah salah satu contoh asas motivasi yang senantiasa harus ditumbuhkan oleh seorang guru.
2. Azas Aktifitas
Menurut konsepsi modern, jiwa seseorang bersifat dinamis mempnuyai energi sendiri dan dapat menjadi aktif bila didorong oleh berbagai macam kebutuhan. Dengan demikian anak harus dipandang sebagai organisme yang mempunyai dorongan untuk berkembang. Karena dalam mendidik berarti membimbing anak untuk mengembangkan bakatnya maka anak itu sendirilah yang harus aktif. demikian pula halnya dalam belajar, guru harus merangsang keaktipan murid dengan jalan menyajikan bahan pelajaran untuk kemudahan diolah dan dicernakan sendiri oleh anak sesuai dengan bakat dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah suatu proses dimana anak-anak harus aktif.
Sekarang ini muncul suatu teori pendidikan yaitu pendidikan partisifatif yaitu pembelajaran yang dalam pelaksanaannya lebih terpusat pada diri siswa (people centred), seorang psycholog kelahiran swiss, piaget berpendapat bahwa seseorang anak berfikir sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan anak tak berfikir. Agar anak berfikir sendiri, harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.
Kasus/Problem Solving
Saya dipercaya untuk ngajar di pesantren Darussalam, Fathul Qarib, Tajwid dan Hadits arba’in an-Nawawy. Untuk pelajaran tajwid kayanya tidak ada masalah sebab setiap kali pembelajaran lebih menitik beratkan pada praktek membaca al-Qur’an sehingga santri menjadi aktif, ini sesuai dengan teori piaget seseorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Ternyata benar yang saya rasakan pembelajaran tidak monoton karena adanya interaksi antara guru dengan murid.
Sedangkan dalam pelajaran taqrib dan arba’in, kalau kita tidak pandai-pandai memilih metode pembelajaran maka suasana belajar menjadi monoton. Contohnya kalau kita hanya memakai metode ceramah saja, maka dalam hal ini gurulah yang lebih aktif dan siswa hanyalah laksana tong yang kosong, sekalipun menurut hemat saya asal guru tersebut benar-benar meyakinkan dalam penyampaian materi yang ia ajarkan sehingga timbul perasaan pada diri siswa untuk mengetahui lebih jauh materi yang sedang diajarkan.
Pernah saya mengajar hanya dengan metode ceramah saja, tanpa melibatkan peran siswa dalam pembelajaran ternyata hasilnya pembelajaran jadi monoton dan siswa menjadi tidak aktif. Maka solusi yang saya ambil ialah dengan cara menggabungkan dua metode yaitu metode ceramah dan Tanya jawab sampai akhirnya pembelajaran jadi lebih hidup dan siswa lebih aktif untuk bertanya dan mendalaminya dalam kitab-kitab lain yang berkaitan dengan pembelajaran.
3. Azas Apersepsi
Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman. Inilah yang dimaksud dengan apersepsi. Jadi dengan kata lain apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang dialami apabila kesan baru masuk ke dalam kesadaran seseorang dan berjalin dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki disertai proses pengolahan sehingga menjadi kesan yang lebih luas.
Azas ini penting pula artinya dalam usaha menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal anak.
Kasus/Problem Solving
Pertama, masih banyak dosen-dosen di IAID di Tarbiyah pada khususnya yang mendidik mahasiswa untuk menjadi seorang pengajar tapi dalam proses pembelajaran adakalanya tidak mempraktekkan apa yang mereka ajarkan. Sebagai contoh bagaiman membuka pembelajaran, termasuk di dalamnya apersepsi, kemudian tidak membuat dan menggunakan RPKPS bahkan ada yang tidak ngasih silabi sehingga pembelajaran menjadi kacau dan tidak tentu arah. Penomena lainnya adanya dosen yang menurut hemat saya salah dalm memahami “People Centred” adakalanya mereka tidak masuk kuliah dan mereka beralasan bahwa di dunia mahasiswa itu yang dominan harus aktif adalah mahasiswa, tetapi anehnya tidak memberikan gambaran inti-inti pembelajaran yang harus dikuasai oleh mahasiswa.
Problem solving dari masalah tersebut harus adanya upaya dari guru untuk menjadi teladan, dan secara khusus dalam masalah apersepsi diusahakan setiap guru untuk melakuakannya supaya timbul perasaan semangat dan mengugah keinginan siswa untuk belajar.
Kedua, sebagai seorang mahasiswa tarbiyah yang sudah mendapatkan pengetahuan di bangku kuliah (contohnya: Apersepsi), ketika saya ngajar saya terlebih dahulu melakukan apersepsi sekalipun memang idealnya harus setiap pembelajaran. Yang saya rasakan dan setiap guru pasti merasakannya, setiap kita belajar kemudian kita mengadakan apersepsi maka akan timbul sebuah perhatian yang besar dari para siswa dalam mengikuti pembelajaran.
4. Azas Peragaan
Yang dimaksud peragaan adalah memberikan variasi dalam cara-cara guru mengajar dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata baik dalam bentuk benda aslinya maupun tiruan sehingga murid-murid dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Azas peragaan telah cukup lama dikenal orang tapi belum sampai pada pengamatan dunia sekitar. Ilmu dan pengetahuan hanya dicari dari buku-buku, akibatnya sekolah menjauhkan diri dari dunia penghidupan dan kenyataan, dan menjadi persemaian verbalisme.
Tahun 1600 timbul di Eropah aliran yang disebut realisme. Aliran ini mengarahkan perhatiannya kepada dunia kenyataan. Pengetahuan harus diperoleh dari dunia realitas dengan menyelidiki benda-benda itu sendiri. Sejak itu mulailah terjadi peralihan dari buku kepada alam yang nyata sebagai sumber pengetahuan.
Kasus/Problem Solving
Dari pengalaman yang saya lakukan, dalam mengajar khususnya dalam pelajaran taqrib dan tajwid, saya bukan hanya menyampaikan teori saja tapi disertai dengan mempraktekkan atau memperagakannya. Contoh dalam pelajaran taqrib, misalnya dalam menjelaskan bab tayamum, kita langsung memeragakannya sehingga santri menjadi lebih mudah memahaminya. Kalau dalam pembelajaran tajwid yang saya lakukan lebih ke dalam peragaan langsung misalnya dalam membahas makharijul huruf pertama saya mempraktekkannya kemudian santri mempraktekkannya juga. Terkadang juga saya melakukan peragaan tidak langsung yaitu dengan belajar tajwid lewat media digital disana dijelaskan bagaimana belajar tajwid dan siswa menyimak dan mempraktekkannya.
5. Azas Ulangan
Azas ulangan disini dimaksudkan sebagai usaha untuk mengetahui taraf kemajuan/hasil belajar murid dalam aspek pengetahuan, keterampilan serta sikap setelah mengikuti program pengajaran sebelumnya.
Karena penguasaan akan mudah sekali terlupakan oleh murid-murid jika hanya dialami sekali saja atau diingat setengah-setengah, maka pengetahuan yang sering diulang-ulang akan menjadi pengetahuan yang tetap berkesan dalam ingatan dan dapat difungsikan dengan baik.
Kasus/Problem solving
Yang saya rasakan bahwa adakalanya siswa itu tidak langsung begitu saja langsung memahami apa yang disampaikan, maka otomatis saya harus melakukan pengulangan kembali baik pada waktu itu maupun pada waktu selanjutnya sebelum melanjutkan ke materi pembelajaran yang baru. Cara yang saya lakukan biasanya kalau saya melihat sekiranya siswa belum mengeri maka saya mengulangnya kembali atu sebelum saya memulai pelajaran saya mengecek dulu pemahaman mereka tentang materi yang telah disampaikan dan menanyakan tentang materi yang akan saya sampaikan (pree test), dan diakhir saya juga mengadakan post test untuk menilai kemampuan mereka.
6. Azas Korelasi
Setiap peristiwa belajar-mengajar adalah menyeluruh, bersegi banyak dan kompleks. Guru hendaknya tidak memandang anak sebagai sejumlah daya-daya yang statis melainkan sebagai keseluruhan, yakni suatu organisme yang dinamis yang senantiasa dalam keadaan interaksi dengan dunia sekitar untuk mencapau tujuannya. Dalam menerima pelajaran anak bersifat selektif kemudian bereaksi mengolahnya. Karena itu mata pelajaran-matapelajaran yang tidak ada hubungannya satu dengan yagn lain, kurang bermanpaat sebab tidak berdasarkan azas keseluruhan.
Itulah sebabnya dalam setiap pengajaran guru diharuskan berusaha menghubungkan dengan bahan yang lein sehingga merupakan suatu mata rantai yang erat dan mempunyai arti bagi murid.
Kasus/Problem Solving
Dalam pelajaran taqrib apa yang saya sampaikan selalu saya kaitkan dengan peristiwa-peristiwa yang biasa terjadi di lapangan dan sebagai bekal nanti kalau terjun ke masyarakat, karena pelajaran fikih pasti tidak akan lepas legiatan-kegitan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
Untuk pelajaran tajwid selalu dikaitkan dengan manpaat-manpaat dari tajwid tersebut yaitu supaya kita lancer dan baik dalam membaca al-qur’an dan terlepas dari dua kesalahan membaca al-Qur’an yaitu lahn al-khafi dan lahn al-jali, yang mana kesalahan tersebut akan sangat mempengaruhi pemahaman akan penafsiran suatu ayat.
Semester sebelumnya saya dipercaya ngajar ilmu nahwu (jurumiah), setiap sebelum memulai pembelajaran saya selalu menyambungkan materi nahwu dengan ilmu-ilmu lain, khususnya dalam membaca kitab-kitab yang menggunakan tulisan arab contoh ilmu tafsir, ushul fikih dan lain sebagainya. Yang saya rasakan dan yang saya perhatikan setelah santri memahami akan pentingnya ilmu tersebut dan ada kaitannya dengan ilmu lain, maka dengan sendirinya timbul suatu motivsi yang sangat besar dalam diri siswa untuk belajar.
7. Azas Konsentrasi
Yang dimaksud dengan konsentrasi disini menentukan sesuatu pokok tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran dalam rangka melaksanakan tujuan sekolah serta memperhatikan kebutuhan anak dalam lingkungan itu. Hal ini penting sebagai usaha pemusatan perhatian dan kegiatan para murid dalam mencari jawaban dari pertanyaan yang timbul serta menemukan cara pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
Langkah-langkah pelaksanaan biasanya melalui 4 tahap:
a. Memilih pokok/Fokus
b. Perencanaan
c. Pelaksanaan
d. Puncak usaha unit
Kasus/Problem Solving
Sekalipun dalam hal ini saya belum melaksanakannya pada para santri yang saya ajarkan, tapi saya pernah dan sering mengalami di dunia mahasiswa, biasanya ada dosen yang memberikan silabi pembelajaran dan membagi pokok-pokok bahasan ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari dan mempresentasikan materi tersebut, langkah selanjutnya para mahasiswa dituntut untuk mencari sumber materi dari berbagai literature yang tersedia kemudian mengolah sumber-sumber tersebut menjadi sebuah makalah untuk dipresentasikan selanjutnya materi tadi dipresentasikan di hadapan dosen dan para mahasiswa, dan dari sanalah timbul berbagai permasalahan yang berkaitan dengan materi yang dipresentasikan, maka para penyaji bertanggung jawab untuk memecahkan masalah tersebut karena mereka sudah banyak mempelajari dan mendalami materi tadi.
Menurut saya ini akan sangat bermanpaat sekali sebab siswa disini lebih aktif mencari dan memahami materi yang diberikan dari berbagai literature yang sangat beragam, dan hasilnya pun akan lebih efektif dibandingkan kalau hanya mendengar terus daei guru, tapi yang harus diingat ini bukan berarti guru lepas tangan begitu saja tapi ia berkewajiaban untuk membimbing, memberikan evaluasi dan mengarahkan.
8. Azas Individualisasi
Karena perbedaan pembawaan dan lingkungan pada umumnya meliputi seluruh pribadi murid seperti perbedaan jasmani, watak, inteligensi, bakat, pendidikan, keadaan rumah, keluarga, kesehatan, usia dan lain sebagainya, maka tidak ada dua anak yang sama.
Mengingat hal tersebut maka pada setiap pengajaran guru dituntut agar selalu berusaha menyesuaikan bahan pelajaran yang diajarkan dengan keadaan sifat-sifat, bakat dan kemampuan masing-masing murid, serta tidak semata-mata bersifat uniform.
Prinsif individualitas ini umumnya masih kurang mendapatkan perhatian di sekolah kita. Kurikulum yang berlaku masih bersifat uniform.
Kasus/Problem Solving
Murid merupakan kesatuan individu yang memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, mska perhatian yang harus diberikan pun mesti berbeda. Di kita biasanya di kelas-kelas siswa sangat heterogen sehingga ini paling tidak akan menjadi sedikit kendala bagi seorang guru, tapi tetap seorang guru harus mampu menghadapi itu semua.
Yang saya lakukan biasanya diakhir saya suka bertanya tentang materi yang sudah saya sampaikan apakah mereka paham atau tidak, kalau tidak saya mempersilahkan untuk bertanya mana yang belum paham sehingga kalau orang yang belum paham terbuka sama kita hasilnya nanti akan rata sekalipun tidak sama persis. Cara lain yang biasa dilakukan dalam menjelaskan saya lebih banyak menitik beratkan pokus perhatian saya kepada siswa yang dianggap kurang.
Memang idealnya di sekolah harus diterapak system pemisahan kelas sesuai dengan tarap kemampuan siswa, biasanya siswa yang kemampuannya sudah lebih dari yang lain akan merasa bosan kalau kita senantiasa menyesuaikan dengan yang belum bisa. Oleh karenanya pemisahan kelas akan sangat efektif. Dan ini yang sudah dilaksanakan salah satunya oleh MTs Darussalam. Disini dikenal ada kelas khusus yaitu siswa-siswa yang dianggap memiliki kemampuan lebih dibanding dengan yang lainnya, sehingga akan sangat membantu guru dalam mengajar.
9. Azas Sosialisasi
Azas sosialisasi sangatlah penting artinya dalam mewujudkan suasana sosial sehingga anak-anak terdorong untuk belajar lebih tekun, bekerja lebih cermat dan semangant demokrasi semakin tumbuh.
Pengajaran yang hanya mengutamakan perkembangan individual tidak akan menguntungkan anak dan masyarakat dimana anak itu hidup.
Usaha-usaha duru dalam melaksanakan azas sosialisasi antara lain:
o Memberi pelajaran berupa tugas-tugas kelompok kepada murid-murid, misalnya membuat taman percontohan, peternakan, belajar di laboratorium, perpustakaan dan lain-lain.
o Menyelenggarakan diskusi panel guna membahas sesuatu masalah atau kesulitan-kesulitan bahan pelajaran untuk mencari penyelesaian dan pemecahannya.
o Mengadakan kegiatan sosial seperti pengabdian sosial, pameran sekolah, karyawisata, porseni dan sebagainya.
Contoh Kasus
Dalam masalah azas sosialisasi ini yang sudah kami lakukan yaitu di pesantren Darussalam adalah dengan mengadakan suatu kegiatan sosial yang dipadukan dengan dakwah islamiah yaitu kegiatan kemah dakwah. Kegitan ini merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan sosialisasi dengan masyarakat yang lebih luas dan memberikan pengajaran kepada santri tentang bagaiman hidup bermasyarakat. Para santri bukan hanya belajar secara pormal di kelas tetapi mencoba mengamalkan ilmu sekaligus belajar dengan masyarakat. Kemah dakwah ini diisi dengan berbagai kegiatan sosial diantaranya membantu masyarakat menjaga kebersihan daerah, mengisi majlis taklim-majlis taklim, membantu sekolah-sekolah yang ada di daerah sekitar, silaturrahim dengan para tokoh, dan masih banyak lagi kegiatan yang dilaksanakan.
Hasil yang kami dapatkan adalah kami menjadi tau bagaimana hidup bermasyarakat, mengamalkan ilmu, menambah semangat untuk terus mencari ilmu karena banyaknya tuntutan ketika kita sudah terjun ke lapangan.
10. Azas Evaluasi
Evaluasi atau penilaian adalah mengukur/menilai sampai dimana tujuan pengajaran telah dicapai, baik dari sudut pandang murid maupun dari sudut guru. Ruang lingkup kegiatan evaluasi ini mencakup penilaian terhadap kemajuan/hasil belajar murid-murid dalam aspek pengetahuan, keterampilan serta sikap setelah mengikuti program pengajaran.
Dengan evaluasi yang tepat, cermat dan obyektif terhadap hasil belajar murid merupakan cara yang efektif untuk mengecek kemajuan anak dan sekaligus untuk mempertinggi prestsi belajarnya di samping menjadi alat pengontrol bagi guru sendiri tentang cara mengaharnya.
Evaluasi yang baik akan membimbing murid dalam menilai serta memahami pelajaran yang diperoleh disamping juga introspeksi terhadap dirinya sendiri sehingga membuka jalan untuk mahu dengan tenaga, kesungguhan dan kepercayaan pada diri sendiri.
Contoh kasus
Baru kemarin kami menyelesaikan kegiatan Ulangan pesantren untuk tingkat MA dan MTs, kegitan ini merupakan kegitan rutin semesteran yang dilaksanakan oleh pesantren Darussalam khususnya oleh Direktorat I. Di setiap sekolah juga sama mengadakan kegiatan semacam ini tapi mungkin hanya caranya saja yang berbeda, substansinya sama. Kegitan ini bertujuan untuk menilai sejauh mana kemampuan siswa selama satu semester, sehingga nanti bisa memberikan penilaian dan pengukuran tercapai atau tidaknya tujuan pengajaran baik dari sudut siswa maupun guru, makanya dalam pelaksanaannya harus benar-benar bersih dalam artian hasil yang didapat oleh murid benar-benar murni.
Sebentar lagi kita akan menghadapi UN, yaitu ujian akhir yang dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia. Tapi ternyata sangat disayangkan ujian akhir yang diselenggarakan secara nasional ini yang merupakan penilaian yang menentukan lulus dan tidaknya siswa hanya menilai dari satu sisi ranah domain saja yaitu aspek kognitip sementara ranah yang lainnya tidak diperhatikan, sehingga setiap tahunnya banyak sekali siswa yang tidak lulus. Sekalipun banyak yang lulus tapi banyak sekali penyimpangan. Belum lama ini pemerintah mengeluarkan ketentuan untuk mengadakan ujian akhir bagi siswa tingkat dasar yaitu UNTUS, ujian nasional terintegrasi ujian sekolah, sekalipun dalam hal ini kelulusan bukan hanya ditentukan oleh pemerintah tapi sekolah juga diberi kewenangan untuk menentukan standard kelulusan, tapi menurut penilaian saya sebagai mahasiswa islam ini tetap akan menimbulkan berbagai kecurangan-kecurangan.
Azas tambahan
11. Azas Kreativitas
Kunci keberhasilan guru dalam mendidik siswa terletak pada kreativitasnya dalam mengajar. Sebab siswa membutuhkan kondisi belajar yang menyenangkan. Sementara saat ini kebanyakan siswa menganggap pelajaran di kelas sebagai beban karena masih banyak guru yang mengajar dengan metode yang monoton sehingga membuat siswa tidak menikmati belajar. Seperti yang penulis rasakan ketika pembelajaran bagi guru yang mengajar hanya gitu-gitu saja tanpa ada pareasi mengajar itu sangat terasa jenuh dan saya tidak bisa menikmati pembelajaran.
Kasus/Problem Solving
Seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa siswa tidak bakalan semangat dalam mengajar kalau guru mengajarnya monoton tanpa menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, begitu juga yang dirasakan sebagian siswa disini mereka adakalanya malas berangkat sekolah, disekolahnya tidak konsentrasi, sering keluar ketika jam pembelajaran, iti semua saya kira salah satunya karena guru yang mengajar tidak bisa mengajar secara bervariasi sifatnya monoton. Kita jangan terus menyalahkan siswa, tapi seharusnya para guru juga introspeksi diri. Pernah kami dari direktorat I, untuk menngisi kekosongan ketika kelas XII sedang ujian kami mengadakan sebuah kegiatan yang kami namakan Daurah an-Nahwi wa-Assharfi. Bagi kebanyak siswa belajar nahwu itu merupakan pelajaran yang sangat membosankan dan memusingkan, maka kami berinisiatif untuk mengadakan pembelajaran nahwu selama sepekan dengan dipadukan dengan berbagai metode dan permainan, ternyata hasilnya diluar dugaan kami ternyata siswa sangat antusias dan bahkan mereka menginginkan kegiatan ini terus berlanjut dan tahun berikutnya bisa dilaksanakan.
12. Azas Komunikasi
Azas komunikasi merupakan azas yang sangat penting dalam pembelajaran sebab dengan adanya komunikasi akan mempu menjalin kedekatan antara siswa dengan murid.
Banyak cara untuk berkomunikasi dan banyak media yang dapat digunakan dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Pada dasarnya asas komunikasi mengajak bagaimana cara kita sebagai seorang guru bertindak dan berprilaku sesuai dengan norma-norma kebudayaan melalui teknik-teknik pengemasan pesan secara persuasive.
Kasus/Problem Solving
Terjadinya pelbagai kerusuhan, tawuran, unjuk rasa diberbagai daerah, kebrutalan anggota geng motor misalnya, menurut hemat saya merupakan gambaran dari betapa seteknya hubungan antara manusia secara kulturan dan secara khusus renggangnya hubungan komunikasi antara siswa dan guru. Oleh karena itu, pola komunikasi pada masyarakat yang multicultural secara umum dan pada wilayah pendidikan di sekolah rupanya perlu dibenahi dan disempurnakan sedemikian rupa supaya hubungan komunikasi antara kita secara sosial dapat tergambarkan.
13. Azas Keteladanan
Keteladanan merupakan suatu hal yang harus sangat mendapat perhatian dari para pengajar, Karena kita merupakan pulik pigur di masyarakat pada umumnya dan di sekolah pada khususnya. Pembelajaran moral dengan keteladanan akan sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seorang siswa.
Kasus/Problem solving
Ini pernah terjadi di sebuah lembaga pendidikan islam, ada seorang guru yang melarang siswanya untuk merokok di sekolah tapi dia sendiri yang melarangnya malah dia sendiri yang melakukannya, sehingga dia mendapatkan cibiran dari para siswanya.
Ini merupakan sebuah contoh yang menunjukkan bahwa begitu pentingnya keteladanan bagi seorang guru.
PENUTUP
Demikianlah macam-macam azas didaktik yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran sehingga mudah dikuasai dan dimiliki murid.
Azas-azas didaktik itu tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan dan saling mengisi. Misalnya motivasi atau minat timbul apabila anak-anak aktif atau bila guru menggunakan alat peraga atau dibawa karyawisata, demikiat seterusnya
Namun perlu diingat, penguasaan azas-azas didaktikkbelum merupakan suatu jaminan bahwa seseorang dengan sendirinya akan menjadi guru yang baik. Proses mengajar sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai macam factor antara lain: pribadi guru sendiri, suasana kelas, hubungan antar individu di sekolah, kebijaksanaan sosial ekonomi pemerintah, organisasi kurikulum dan lain sebagainya.
Sekalipun demikian seseorang hampir dapat dipastikan tidak akan menjadi guru yang baik tanpa mengindahkan azas-azas didaktik, itulah sebabnya didaktik perlu dipelajari dan dikuasai oleh setiap guru.
AZAS-AZAS DIDAKTIK
(Contoh kasus dan Problem solvingnya)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Ujian Tengah Semester
Mata kuliah Didaktik Metodik
Dosen: Drs. H. Wahyudin, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Abdul Majid
Fak/Smt: Tarbiyah/V
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
CIAMIS JAWA BARAT
2007

Sumnber : http://santridaruz.blogspot.com/2008/05/metodik-didaktik.html

Asas-asas Didaktik


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek terpenting untuk dimiliki oleh setiap umat manusia.  Karena dengan pendidikan dapat menciptakan perubahan sikap yang baik pada diri seseorang. Pendidikan mempunyai dua proses utama yaitu mengajar dan diajar. Mengajar ditingkat pendidikan formal biasanya dilakukan oleh seseorang guru. Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai tiga peranan yaitu sebagai pengajar, pembimbing dan administrator kelas.
Guru sebagai pengajar berperan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk menguasai seperangkat  pengetahuan dan keteramilan dalam mengajar. Guru sebagai pembimbing diharapkan dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Peranan ini termasuk ke dalam aspek pendidik sebab tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga mendidik untuk mengalihkan nilai-nilai kehidupan. Hal tersebut menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah sikap yang mengubah tingkah laku peserta menjadi lebih baik.
Guru sebagai administrator kelas berperan dalam pengelolaan proses belajar mengajar di kelas. Guru merupakan komponen penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional. Guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan, tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
Berdasarkan Standar Nasional Kependidikan, guru harus memiliki empat kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional. Namun, kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru saat ini masih terbatas, sehingga diperlukan suatu upaya untuk mengoptimalkan kompetensi-kompetensi tersebut. Kompetensi-kompetensi yang akan dibahas dalam makalah ini terbatas pada kompetensi-kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Kompetensi kepribadian adalah karakteristik pribadi yang harus dimiliki guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik.Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan.
Guru yang bermutu dan profesional menjadi tuntutan masyarakat seiring dengan tuntutan persyaratan kerja yang semakin ketat mengikuti kemajuan era globalisasi.Untuk membentuk guru yang profesional sangat tergantung pada banyak hal yaitu guru itu sendiri, pemerintah, masyarakat dan orang tua.Berdasarkan kenyataan yang ada, pemerintah telah mengupayakan berbagai hal, diantaranya sertifikasi guru. Dengan adanya program sertifikasi tersebut, kualitas mengajar guru akan lebih baik.


B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan Didaktik ?
2.      Asas-asas apa saja yang harus dikuasai seorang pendidik atau pengajar ?
C.  Tujuan Masalah
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk :
1.      Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Didaktik
2.      Dapat mengetahui asas-asas apa saja yang harus dimiliki seorang pendidik atau pengajar


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Didaktik
Didaktik berasal dari bahasa Yunani “didoskein”, yang berarti pengajaran atau “didaktos” yang berarti pandai mengajar. Di Indonesia didaktik berarti ilmu mengajar. Karena didaktik berarti ilmu mengajar, maka pengertian didaktik menyangkut pengertian yang sangat luas. Dalam kaitan pembicaraan tentang didaktik, pengertian didaktik akan difokuskan pada bagaimana perlakuan guru dalam proses belajar mengajar tersebut. Mengajar menurut pengertian modern berarti aktivitas guru dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik sehingga terjadi proses belajar (Nasution 1935 : 5).
Bertolak dari pengertian di atas, keberhasilan mengajar tentunya harus diukur dari bagaimana partisipasi anak dalam proses belajar mengajar dan seberapa jauh hasil yang telah dicapainya. Dalam menjawab dua permasalahan tersebut, ahli-ahli didaktik mengarahkan perhatiannya pada tingkah laku guru sebagai organisator proses belajar mengajar. Maka timbulah prinsip-prinsip didaktik atau asas-asas mengajar, yaitu kaidah atau rambu-rambu bagi guru agar lebih berhasil dalam mengajar.
Jadi, dalam uraian ini yang dimaksud asas-asas didaktik ialah prinsip-prinsip, kaidah mengajar yang dilaksanakan oleh guru secara maksimal, agar lebih berhasil. Sebagian para ahli mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik. Dalam hal ini guru memegang peranan utama, sedangkan siswa tinggal menerima, bersifat pasif. Pengajaran yang berpusat kepada guru bersifat teacher centered. Ilmu pengetahuan yang diberikan kepada siswa kebanyakan hanya diambil dari buku-buku pelajaran, tanpa dikaitkan dengan realitas kehidupan sehari-hari siswa.Pelajaran serupa ini disebut intelektualistis.
Sebagian para ahli lainnya mengatakan bahwa mengajar merupakan usaha penyampaian kebudayaan kepada anak didik. Definisi kedua ini hampir sama maksudnya dengan definisi pertama. Tentu saja yang diinginkan adalah agar anak mengenal kebudayaan bangsa, kebudayaan suku dan marganya. Tetapi lebih dari itu diharapkan agar anak didik tidak hanya menguasai kebudayaan yang ada, tetapi juga ikut memperkaya kebudayaan tersebut dengan menciptakan kebudayaan baru menurut zaman yang senantiasa mengalami perubahan.Sebagian para ahli yang lain lagi mengatakan bahwa mengajar diartikan menata berbagai kondisi belajar secara pantas. Kondisi yang ditata itu adalah kondisi eksternal anak didik. Termasuk di dalam kondisi eksternal ini adalah komunikasi verbal guru dengan anak didik.
Dengan demikian, sesungguhnya kunci proses belajar-mengajar itu terletak pada penataan dan perancangan yang memungkinkan anak didik dapat berinteraktif. Dengan  berinteraktif maksudnya adalah terjadinya hubungan timbal- balik personal anak dengan lingkungan. Anak  didik dapat berinteraktif dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Tiap usaha mengajar  sebenarnya ingin menumbuhkan atau menyempurnakan pola laku tertentu dalam diri peserta didik. Yang dimaksud dengan pola laku adalah kerangka dasar dari sejumlah kegiatan yang lazim dilaksanakan manusia untuk bertahan hidup dan untuk memperbaiki mutu hidupnya dalam situasi nyata. Kegiatan itu bisa berupa kegiatan rohani, misalnya mengamati, menganalisis, dan menilai keadaan dengan daya nalar. Bisa juga berupa kegiatan jasmani.yang dilakukan dengan tenaga dan keterampilan fisik.
Umumnya rnanusia bertindak secara manusiawi apabila kedua jenis kegiatan tersebut dibuat secara terjalin dan terpadu. Di samping menumbuhkan dan menyempumakan pola laku, pengajaran juga menumbuhkan kebiasaan. Kebiasaan dapat dirumuskan sebagai keterarahan, kesiapsiagaan di dalam diri manusia untuk melakukan kegiatan yang sama atau serupa atas cara yang lebih mudah, tanpa memeras atau memboroskan tenaga. Kebiasaan akan timbul justru apabila kegiatan manusia, baik rohani maupun jasmani dilakukan berulang kali dengan sadar dan penuh perhitungan.


B.     Prinsip-prinsip Mengajar
Prinsip mengajar adalah suatu aturan yang berlaku bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Prinsip-prinsip tersebut disebut dengan asas-asas didaktik. Dengan demikian prinsip-prinsip tersebut harus diketahui dan dipahami serta dapat diterapkan oleh guru atau calon guru agar dapat mengajar dengan baik dan berhasil sesuai dengan tujuan.
Adapun prinsip-prinsip mengajar antara lain :
1.      Asas Motivasi
Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Ada tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi ini mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling dan rangsangan karena adanya tujuan. Motivasi sebagai motor penggerak segala aktivitas, sehingga jika motornya tidak ada, maka aktivitas tidak akan terjadi. Jika motornya lemah, aktivitas yang terjadi pun akan lemah pula.
Motivasi belajar erat kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat bagi dirinya, maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat. Motivasi belajar ini ada yang timbul dari dalam diri siswa sendiri (motivasi intrinsik). Motivasi intrinsik disebut juga motivasi murni, karena muncul dari diri siswa sendiri. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin harus berusaha untuk memunculkan motivasi intrinsik di kalangan siswa pada saat mereka belajar, umpamanya dengan caramenjelaskan kaitan tujuan pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhansiswa. Sedangkan untuk memunculkan motivasi ekstrinsikdapat dilakukan antara lain dengan cara memberi pujian, hadiah, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, memberi nasihat, atau upaya-upaya lain yang dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar.
Motivasi selalu berkait dengan soal kebutuhan. Ada beberapa jenis kebutuhan misalnya : kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. Sehubungan dengan itu, timbullah beberapa motivasi yang berpangkal pada kebutuhan, yaitu:
a.    Kebutuhan fisiologis seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya
b.    Kebutuhan akan keamanan yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan
c.    Kebutuhan akan cinta dan kasih sayang yakni rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, dan masyarakat)
d.   Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi
Setiap motivasi bertalian erat dengan suatu peranan. Adapun peranan tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Mendorong manusia untuk berbuat. Menjadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy
b.      Menentukan arah perbuatan yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai
c.       Menyeleksi perbuatan yakni menentukan  perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan menyampingkan perbuatan-perbutan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Seorang yang betul-betul bertekad menang dalam pertan dingan, tak akan menghabiskan waktunya bermain kartu, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Dalam bahasa sehari-hari motivasi dinyatakan dengan hasrat, keinginan, maksud, tekad, kemauan, dorongan, kebutuhan, kehendak, cita-cita, keharusan, kesediaan, dan sebagainya.
2.      Asas Aktivitas
Pada waktu mengajar guru harus memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk mengambil bagian yang aktif baik rohani maupun jasmani terhadap pengajaran yang diberikan, secara perorangan maupun kelompok.
Yang dimaksud keaktipan jasmani adalah berbagai kegiatan yang dilakukan murid seperti kesibukan melakukan penelitian, percobaan, membuat konstruksi model, bercocok tanam dan sebagainya.
Sedangkan keaktifan rohani ialah bekerjanya unsur-unsur kejiwaan murid dalam pengajaran yang tampak jelas pada ketekunan mengikuti pelajaran, mengamati secara cermat, mengingat, berfikir untuk memecahkan persoalan dan mengambil kesimpulan. Terdorong oleh perasaan dan kemauan yang kuat unsur-unsur kejiwaan itu akan berfungsi dengan baik untuk mendapatkan hasil pelajaransebanyak mungkin.
Menurut Piaget (psycholog kelahiran Swiss), seseorang anak berfikir sepanjang dia berbuat. Tanpa perbuatan anak tak berfikir, agar anak berfiir sendiri, harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.
Tanpa aktivitas belajar, pengajaran tidak akan member hasil yang baik. Usaha-usaha guru membangkitkan keaktifan jasmani murid, antara lain :
a.       Dengan menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan yang bersifat keterampilan perbengkelan, pertukangan, pertanian, perikanan, kerajinan, penelitian di laboratorium dan sebagainya.
b.      Mengadakan pecan olahraga dan seni, pameran, karya wisata dan sebagainya
c.       Membimbing serta mendorong anak-anak dalam berdiskusi
d.      Memberikan tugas kepada anak-anak untuk memecahkan suatu masalah
e.       Mengadakan berbagai penelitian dan percobaan, menganalisis data, membuat kesimpulan, menyusun laporan dan sebagainya
3.      Asas Peragaan
Penyakit yang paling berkecamuk di sekolah adalah verbalisme. Bahaya verbalisme terdapat dalam tiap situasi belajar, yakni apabila anak-anak diberi kata-kata tanpa memahami artinya.
Penyakit verbalisme biasanya tidak terdapat dalam hal-hal yang dipelajari anak-anak sebelum mereka bersekolah. Oleh sebab itu, pembendaharaan bahasanya diperolehnya dengan pengalaman langsung, dengan melihat, mendengar, mengecap, meraba, serta menggunakan alat indra lainnya. Hasil pelajaran serupa itu dapat dianggap permanen dan tak akan dilupakannya. Hal ini juga disebabkan karena kata-kata itu sederhana dan selalu atau sering digunakan secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata itu benar-benar mereka kenal, karena mereka mempelajarinya melalui pengalaman yang konkrit.
Akan tetapi segera anak itu masuk ke sekolah dia menerima cara belajar yang baru yakni dengan perantara kata-kata tertulis. Ia disuruh menghafal kata-kata yang tidak dipahaminya benar, karena diperolehnya tidak melalui pengalaman yang konkrit melainkan berdasarkan bacaan. Karena ia pandai membaca ia dapat pula mengucapkan sejumlah besar kata-kata yang tidak dipahami artinya. Jelas kiranya bahwa belajar dengan jalan menghafal bukan saja memudahkan timbulnya verbalisme, tetapi juga kurang menarik, kurang menyenangkan dan segera membosankan.
Suatu kekurangan dalam pendidikan adalah jika kita mengajarkan kata-kata yang tidak mempunyai isi dan arti yang jelas. Kekurangannya nyata apabila anak harus mempelajari buku dengan membacanya. Sebenarnya membaca itu bukanlah mengambil makna dari tulisan itu. Dalam atau dangkalnya makna itu bergantung pada pengalaman atau latar belakang si pembaca.
Dalam peragaan ada maksud dan tujuan yang hendak dicapai yakni, memberikan variasi dalam cara-cara kita mengajar, memberikan lebih banyak realitas dalam mengajar itu, sehingga lebih berwujud, lebih terarah untuk mencapai tujuan pelajaran.
Alat-alat peraga sebagai alat pembantu dalam mengajar agar efektif, dalam garis besarnya memiliki faedah atau nilai berikut :
a.       Menambah kegiatan belajar murid
b.      Menghemat waktu belajar (ekonomis)
c.       Menyebabkan agar hasil belajar lebih permanen atau mantap
d.      Membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajarannya
e.       Memberikan alas an yang wajar untuk belajar karena membangkitkan minat perhatian (motivasi) dan aktivitas pada murid
f.       Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas
Jenis kegiatan dalam pembelajaran yang menerapkan asas peragaan dapat diwujudkan dalam berbagai kegiatan yaitu :
a.       Pengalaman lansung
Anak diminta untuk mengalami, berbuat sendiri, dan mengelola serta merenungkan apa yang dikerjakan
b.      Pengalaman yang diatur
Jika realitas terlalu besar atau kecil atau tidak ada ditempat maka realitas itu dapat diperagakan dengan model
c.       Dramatisasi
Misalnya : Sandiwara, permainan peran, pantonim, dan sandiwara boneka


d.      Demontrasi
Biasanya dilakukan dengan menggunakan alat-alat pembantu seperti papan tulis, papan plannel, OHP, dan lain-lain. Banyak topik yang diangkat dalam pembelajaran di sekolah dan dapat diajarkan dengan peragaan demontrasi.
e.       Karyawisata
Kegiatan ini sebenarnya sangat baik untuk  menjadikan proses pembelajaran yang disenangi siswa. Kegiatan yang diprogramkan dengan melibatkan penerapan konsep budaya dalam kesenian, mengukur tinggi secara langsung, mengukur lebar sungai, mendata kecenderungan kejadian dan realitas yang ada pada lingkungan merupakan kegitan yang sangat menarik dan bermakna pada siswa.
f.       Pameran
Berbagai bentuk pameran ternyata dapat menyedot anak dan berusaha untuk mencobanya
g.      Televisi
Program pembelajaran yang disiarkan melalui televisi juga merupakan alternativ pembelajaran secara umum
4.      Asas Individualitas
Tak ada dua anak yang sama disebabkan oleh perbedaan pembawaan lingkungan. Salah satu perbedaan ialah taraf intelegensi anak-anak, yang dinyatakan dengan IQ. Faktor lain yang turut menyebabkan perbedaan adalah keadaan rumah, lingkungan sekitar rumah, pendidikan, kesehatan anak, makanan, usia, keadaan sosial ekonomi orang tua, dan lain-lain.
Pada umumnya prinsip individualitas ini masih kurang mendapat perhatian di sekolah kita. Cara mengajar terutama brbentuk ceramah yang menyamaratakan semua murid. Kelas yang besar dan kekurangan-kekurangan alat-alat juga merupakan halangan untuk mewujudkan Undang-undang Dasar kita yang menyatakan bahwa setiap anak berhak berkembang sesuai dengan bakat masing-masing.
5.      Lingkungan
Sekolah tak lepas dari masyarakat. Sekolah didirikan masyarakat untuk mendidik anak menjadi warga negara yang berguna dalam masyarakat. Tetapi disamping itu masyarakat atau lingkungan dapat pula merupakan laboratorium dan sumber yang penuh kemungkinan untuk memperkaya pengajaran. Itu sebab itu, setiap guru harus mengenal masyarakat serta lingkungannya dan menggunakannya secara fungsional dalam pelajarannya.
Ada bermacam-macam cara untuk menggunakan sumber-sumber dalam lingkungan untuk kepentingan pelajaran. Pada umumnya kita dapat membaginya dalam dua golongan :
a.       Membawa anak ke dalam lingkungan dan masyarakat untuk keperluan pelajaran. Contohnya adalah karyawisata. Karyawisata mempunyai nilai-nilai sebagai berikut :
1.      Memberikan pengalaman-pengalaman langsung. Anak belajar dengan menggunakan segala macam alat indra
2.      Memberi motivasi kepada murid untuk menyelidiki sebab musabab sesuatu
b.      Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas untuk kepentingan pelajaran. Contohnya adalah benda-benda seperti pameran atau koleksi.
Selama karyawisata dan survey anak-anak mendapat kesempatan untuk mengumpulkan berbagai-bagai benda. Anak dapat mengumpulkan hasil industri dan pertanian dari lingkungan sekolah itu seperti obat-obatan, kue, macam-macam tekstil dan sebagainya. Mereka dapat pula mengumpulkan benda-benda dan binatang dari alam sekitarnya seperti jenis-jenis batu, pasir, tanah, bunga, serangga, dan lain sebagainya. Dapat pula mereka meminta agar seorang murid memperlihatkan koleksi batu-batu, perangko, boneka, dan lain sebagainya. Benda-benda itu hendaknya dipamerkan di sekolah
6.      Kerjasama (Kooperasi)
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial . Pendidikan mengantarkan siswa agar menjadi manusia seutuhnya maupun menjadi makhluk yang secara individu bertanggung jawab pada didrinya, keluarga, dan bangsanya dengan memiliki pengetahuan, ketrampilan, moral ketaqwaan dan mempunyai komitmen pada bangsa dan negara, sekaligus jadi makluk sosial yang demokratis, toleran dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Pada pembelajaran yang menggunakan kerja kelompok perlu menerapkan prisip-prinsip sebagai berikut :
a.       Siswa harus mempunyai kejelasan tujuan
b.      Setiap anggota harus mempunyai konstribusi untuk menyelesaikan tugas
c.       Anggota harus bertanggung jawab pada kelompok
d.      Pemecahan masalah harus demokratis
e.       Pimpinan kelompok harus menciptakan suasana yang dinamis
f.       Setiap anggota harus bertanggung jawab pada kelompok
g.      Perlu digunakan penilaian terhadap kemajuan kelompok
h.      Mampu menimbulkan perubahan yang konstruktif
i.        Setiap anggota merasa puas dan aman dalam belajar


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Didaktik berasal dari bahasa Yunani “didoskein”, yang berarti pengajaran atau “didaktos” yang berarti pandai mengajar. Di Indonesia didaktik berarti ilmu mengajar. Karena didaktik berarti ilmu mengajar, maka pengertian didaktik menyangkut pengertian yang sangat luas. Dengan demikian, sesungguhnya kunci proses belajar-mengajar itu terletak pada penataan dan perancangan yang memungkinkan anak didik dapat berinteraktif. Dengan  berinteraktif maksudnya adalah terjadinya hubungan timbal- balik personal anak dengan lingkungan. Anak  didik dapat berinteraktif dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Tiap usaha mengajar  sebenarnya ingin menumbuhkan atau menyempurnakan pola laku tertentu dalam diri peserta didik. Yang dimaksud dengan pola laku adalah kerangka dasar dari sejumlah kegiatan yang lazim dilaksanakan manusia untuk bertahan hidup dan untuk memperbaiki mutu hidupnya dalam situasi nyata. Kegiatan itu bisa berupa kegiatan rohani, misalnya mengamati, menganalisis, dan menilai keadaan dengan daya nalar. Bisa juga berupa kegiatan jasmani.yang dilakukan dengan tenaga dan keterampilan fisik. Di samping menumbuhkan dan menyempumakan pola laku, pengajaran juga menumbuhkan kebiasaan. Kebiasaan dapat dirumuskan sebagai keterarahan, kesiapsiagaan di dalam diri manusia untuk melakukan kegiatan yang sama atau serupa atas cara yang lebih mudah, tanpa memeras atau memboroskan tenaga. Kebiasaan akan timbul justru apabila kegiatan manusia, baik rohani maupun jasmani dilakukan berulang kali dengan sadar dan penuh perhitungan.
Prinsip mengajar adalah suatu aturan yang berlaku bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Prinsip-prinsip tersebut disebut dengan asas-asas didaktik. Dengan demikian prinsip-prinsip tersebut harus diketahui dan dipahami serta dapat diterapkan oleh guru atau calon guru agar dapat mengajar dengan baik dan berhasil sesuai dengan tujuan.
Motivasi belajar erat kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat bagi dirinya, maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat. Motivasi belajar ini ada yang timbul dari dalam diri siswa sendiri (motivasi intrinsik). Motivasi intrinsik disebut juga motivasi murni, karena muncul dari diri siswa sendiri. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin harus berusaha untuk memunculkan motivasi intrinsik di kalangan siswa
Pada waktu mengajar guru harus memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk mengambil bagian yang aktif baik rohani maupun jasmani terhadap pengajaran yang diberikan, secara perorangan maupun kelompok. Yang dimaksud keaktipan jasmani adalah berbagai kegiatan yang dilakukan murid seperti kesibukan melakukan penelitian, percobaan, membuat konstruksi model, bercocok tanam dan sebagainya.
Dalam peragaan ada maksud dan tujuan yang hendak dicapai yakni, memberikan variasi dalam cara-cara kita mengajar, memberikan lebih banyak realitas dalam mengajar itu, sehingga lebih berwujud, lebih terarah untuk mencapai tujuan pelajaran. Tak ada dua anak yang sama disebabkan oleh perbedaan pembawaan lingkungan. Salah satu perbedaan ialah taraf intelegensi anak-anak, yang dinyatakan dengan IQ. Faktor lain yang turut menyebabkan perbedaan adalah keadaan rumah, lingkungan sekitar rumah, pendidikan, kesehatan anak, makanan, usia, keadaan sosial ekonomi orang tua, dan lain-lain. Pada umumnya prinsip individualitas ini masih kurang mendapat perhatian di sekolah kita.
Cara mengajar terutama brbentuk ceramah yang menyamaratakan semua murid. Kelas yang besar dan kekurangan-kekurangan alat-alat juga merupakan halangan untuk mewujudkan Undang-undang Dasar kita yang menyatakan bahwa setiap anak berhak berkembang sesuai dengan bakat masing-masing. Sekolah tak lepas dari masyarakat. Sekolah didirikan masyarakat untuk mendidik anak menjadi warga negara yang berguna dalam masyarakat. Tetapi disamping itu masyarakat atau lingkungan dapat pula merupakan laboratorium dan sumber yang penuh kemungkinan untuk memperkaya pengajaran. Itu sebab itu, setiap guru harus mengenal masyarakat serta lingkungannya dan menggunakannya secara fungsional dalam pelajarannya. Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial . Pendidikan mengantarkan siswa agar menjadi manusia seutuhnya maupun menjadi makhluk yang secara individu bertanggung jawab pada didrinya, keluarga, dan bangsanya dengan memiliki pengetahuan, ketrampilan, moral ketaqwaan dan mempunyai komitmen pada bangsa dan negara, sekaligus jadi makluk sosial yang demokratis, toleran dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
B.   Saran
Menguasai asas-asas didaktik belum  merupakan suatu jaminan bahwa seseorang dengan sendirinya akan menjadi guru yang baik. Mengajar itu sangat kompleks dan dipengaruhi oleh macam-macam faktor lain pribadi guru sendiri, suasana kelas, hubungan antar-manusia, keadaan sosial ekonomi negara, organisasi kurikulum dan sebagainya. Dengan didaktik atau ilmu mengajar akan memberikan prinsip-prinsip tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran sehingga dikuasai dan dimiliki oleh anak-anak. Prinsip yang dikemukan adalah motivasi, aktivitas, peragaan, individualitas, lingkungan, dan kerjasama. Akan tetapi seseorang pasti tidak akan menjadi guru yang baik kalau guru tersebut mengabaikan asas-asas didaktik. Oleh sebab itu, didaktik sangat perlu dikembangkan dan dipelajari oleh kita sebagai calon pendidik.
Kita sebagai calon pendidik harus tahu apa itu didaktik. Apa saja prinsip-prinsip didaktik. Karena dengan belajar didaktik kita dapat memahami setiap karakter peserta didik. Dengan memahami karakter peserta didik , kita bisa tahu beberapa karakter dan cara untuk mengatasi sifat dan sikap siswa. Sebagai calon pendidik kita juga diberikan pengarahan. Bagaimana cara mengajar yang baik, serta apa saja yang harus kita lakukan dan kita terapkan dalam suasana belajar-mengajar. Supaya kondisi kelas tetap nyaman. Ada banyak alternativ untuk selalu menciptakan suasana yang nyaman. Yaitu dari diri kita dulu, sebagai pendidik kita tidak boleh memberikan perhatian yang lebih pada satu siswa saja. Istilahnya pilih kasih, tapi kita sebagai pendidik harus memberikan perhatian secara menyeluruh atau merata. Memberikan beberapa penguatan. Penguatan di bagi menjadi dua, yaitu : penguatan positif diantaranya memberikan reword, pujian, tepuk tangan dan sebagainya. Sedangkan penguatan negativ diantaranya memberikan hukuman sesuai dengan kesalahan peserta didik. Tapi kita sebagai calon pendidik hendaklah menjauhi kekerasan dalam kegiatan belajar mengajar. Karena akan timbul suatu masalah dalam lingkungan sekolah.




LAMPIRAN
1.    Amalia (Kelompok 6)
Bagaimana caranya menumbuhkan sikap atau kebiasaan baik pada peserta didik. Agar peserta didik tersebut bisa menerimanya ?
Jawab
Penyaji
Banyak cara yang dilakukan oleh pendidik untuk menumbuhkan kebiasaan baik pada peserta didik salah satu contohnya yaitu dengan mengenal karakter setiap peserta didik tersebut, kemudian mendekatinya bahkan bila perlu kita jadikan peserta didik itu sebagai teman kita sendiri. Agar peserta didik tersebut merasa lebih nyaman dengan kita.
Rizka Rahayu
Iya, benar. Apa yang dikatakan penyaji. Pertama-tama kita harus mengenal karakter peserta didik terlebih dahulu. Kemudian kita memberikan arahan, bimbingan yang sifatnya mendidik. Ada juga cara lain yang bisa dilakukan oleh pendidik yaitu dengan menerapkan slogan-slogan yang dapat menumbuhkan suatu kebiasaan baik untuk peserta didik dikemudian hari.
2.    Puspa Pandini (Kelompok 7)
Bagaimana caranya menciptakan pendidikan yang baik dalam lingkungan keluarga ?
Jawab
Penyaji
Caranya dengan melakukan komunikasi yang baik, menanamkan ilmu-ilmu agama, dan juga memberikan contoh yang baik serta kita sebagai orang tua tidak boleh terlalu otoriter kepada anak-anak kita.
Tsamrotul Maisyah
Dengan cara memberikan fasilitas, memberikan pendidikan moral, memberikan perhatian, pengawasan dan bimbingan kepada anak.


3.      Fenti Rosdiana (Kelompok 8)
Bagaimana cara memotivasi anak didik agar mempunyai semangat untuk belajar ?
Jawab
Penyaji
Cara memotivasi anak yaitu dengan cara memberikan penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif yaitu dengan cara memberikan reword, pujian, hadiah, dll. Sedangkan penguatan negatif yaitu dengan memberikan hukuman yang bersifat mendidik.
Nuraeni
Dari diri kita memberikan suasana belajar yang nyaman agar peserta didik merasa nyaman dan senang terhadap pelajaran tersebut.
Puspita Ratih
Memberikan situasi belajar yang menyenangkan seperti dengan games, kuis,dll.
Tsamrotul Maisyah
Cara mengajar yang menarik, memberikan selingan yang sehat, menggunakan alat-alat peraga, kurangi sejauh mungkin yang mengganggu konsentrasi-kosentrasi anak didik.
4.      Nunung Nurhasanah (Kelompok 2)
Mengapa kita sebagai pendidik tidak boleh memanjakan anak didik kita ?
Jawab
Penyaji
Karena apabila kita terlalu memanjakan anak didik kita akan timbul karakter pada anak didik yang tidak mandiri. Kita sebagai calon pendidik harus menanamkan nilai-nilai kemandirian, membantu, menuntun dan membimbingnya bukan memanjakannya.
Nuraeni
Kita harus menyayanginya tapi tidak memanjakannya. Jadi tahu pastinya.
Syamsul Ma’arif
Diberikan kasih sayang, menerapkan kebiasaan mandiri. Jadi kita harus professional dan kondisional.
Sumber : http://reni-ariningsih.blogspot.com/2012/05/asas-asa-didaktik.html